MARILAH KITA BERTAUBAT KEPADA ALLOH

Saudara-saudaraku seiman , marilah kita tutup bulan Ramadhan dengan bertaubat kepada Alloh dari segala kema’shiyatan terhadapNya dan segera kembali kepadaNya dengan mengerjakan perkara-perkara yang diridhaiNya, karena sesungguhnya manusia tidak bisa lepas dari kesalahan dan kekurangan, setiap manusia selalu berbuat kesalahan dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang banyak bertaubat , Alloh dan RasulNya telah banyak menghasung manusia agar segera istighfar dan bertaubat kepadaNya, Alloh Azza wa Jalla berfirman :
وأن استغفروا ربكم ثم توبوا إليه يمتعكم متاعا حسنا إلى أجل مسمى ويؤت كل ذي فضل فضله وإن تولوا فإني أخاف عليكم عذاب يوم كبير
” Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang Telah ditentukan dan dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya Aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat ” ( Hud : 3 ), dan Alloh berfirman :
{قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ فَاسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ ۗ وَوَيْلٌ لِّلْمُشْرِكِينَ}
” Katakanlah: “Bahwasanya Aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, Maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepadanya dan mohonlah ampun kepadanya. dan Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya, ” ( Fushilat : 6 ).
Alloh berfirman :
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
” dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung ” ( An-Nur : 31 ).
Alloh berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا
” Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, ” ( At-Tahrim : 8 ).
Rasulullah ( bersabda :
«يا أيها الناسُ توبُوا إلى الله واستغفروه فإني أتوبُ في اليوم مئةَ مرة»
” Wahai manusia bertaubatlah kalian kepada Alloh dan istighfarlah karena sesungguhnya aku bertaubat sehari seratus kali ” ( Hadits Riwayat Muslim dalam Shahihnya 4/2075 ).
Dari Anas bin Malik bahwasanya Rasulullah ( bersabda :
«للهُ أشدُ فرَحاً بتوبةِ عبدِه حين يتوبُ إليهِ من أحدِكم كان على راحلتِه بأرضٍ فلاةٍ فانفلتت منُه وعليها طعامُه وشرابُه فأيس منها، فأتى شجرةً فاضطجعَ في ظلِّها وقد أيِس من راحلتِه، فبينما هُو كذَلِكَ إذْ هو بها قائمةً عندَه، فأخذَ بخِطامِها، ثم قالَ من شدَّةِ الفرحِ: اللَّهُمَّ أنتَ عبِدي وأنا ربُّك أخطأ من شدَّةِ الفرحِ»
” Sungguh Allah akan lebih senang menerima tobat hamba-Nya ketika ia bertobat kepada-Nya daripada (kesenangan) seorang di antara kamu sekalian yang menunggang untanya di tengah padang luas yang sangat tandus, lalu unta itu terlepas membawa lari bekal makanan dan minumannya dan putuslah harapannya untuk memperoleh kembali. Kemudian dia menghampiri sebatang pohon lalu berbaring di bawah keteduhannya karena telah putus asa mendapatkan unta tunggangannya tersebut. Ketika dia dalam keadaan demikian, tiba-tiba ia mendapati untanya telah berdiri di hadapan. Lalu segera ia menarik tali kekang unta itu sambil berucap dalam keadaan sangat gembira: Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhan-Mu. Dia salah mengucapkan karena terlampau merasa gembira ” ( Shahih Muslim No.4932 ).
Adapun tentang hakikat taubat maka dikatakan oleh Al-Imam Ar-Raghib Al-Ashfahani : ” Dalam istilah syara’, taubat adalah meninggalkan dosa karena keburukannya, menyesali dosa yang telah dilakukan, berkeinginan kuat untuk tidak mengulanginya dan berusaha melakukan apa yang bisa diulangi (diganti). Jika keempat hal itu telah terpenuhi berarti syarat taubatnya telah sempurna” ( Al-Mufradat fi Gharibil Qur’an, dari asal kata ” tauba” hal. 76 ).
Al-Imam An-Nawawi berkata : “Para ulama berkata : ‘Bertaubat dari setiap dosa hukumnya adalah wajib. Jika maksiat (dosa) itu antara hamba dengan Allah, yang tidak ada sangkut pautnya dengan hak manusia maka syaratnya ada tiga :
Pertama : hendaknya ia menjauhi maksiat tersebut.
Kedua : ia harus menyesali perbuatan (maksiat)nya.
Ketiga : ia harus berkeinginan untuk tidak mengulanginya lagi.
Jika salah satu dari syarat ini tidak ada, maka taubatnya tidak sah.
Jika taubatnya itu berkaitan dengan hak manusia maka syaratnya ada empat : ketiga syarat di atas dan Keempat : hendaknya ia membebaskan diri (memenuhi) hak orang tersebut. Jika berbentuk harta benda atau sejenisnya maka ia harus mengembalikannya. Jika berupa had (hukuman) tuduhan atau sejenisnya maka ia harus memberinya kesempatan untuk membalasnya atau meminta ma’af kepadanya. Jika berupa ghibah (menggunjing), maka ia harus meminta maaf ” ( Riyadhus Shalihin, hal. 41-42 ).
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin di dalam Majalis Ramadhan hal. 219-220 menambah dua syarat lagi dari syarat-syarat yang disebutkan oleh Al-Imam An-Nawawi di atas yaitu : Pertama : Hendakanya diikhlashkan semata kepada Alloh, dan yang Kedua : Hendaknya taubat tersebut dilakukan sebelum habisnya waktu diterimanya taubat. Jika taubat tersebut dilakukan setelah habisnya waktu diterimanya taubat maka taubat tersebut tidak diterima. Dan habisnya waktu dierimanya taubat ada dua macam : ada yang umum bagi setiap manusia dan ada yang khusus bagi setiap orang.
Yang umum adalah terbitnya matahari dari barat sebagaimana dalam sabda Rasulullah ( :
«مَنْ تابَ قبلَ أن تطلُعَ الشمس مِنْ مغربِها تاب الله عليه»
” Barangsiapa yang bertaubat sebelum terbitnya matahari dari baratnya maka akau akan menerima taubatnya ” ( Hadits Riwayat Muslim dalam Shahihnya 4/2076 ).
Sedangkan yang khusus adalah datangnya ajal setiap manusia sebagaimana dalam sabda Rasulullah ( :
«إن الله يَقْبَلُ تَوبةَ العبدِ ما لَمْ يُغرغِرْ»
” Sesungguhnya Allah menerima taubat hambaNya selama nyawanya belum sampai ke tenggorokan ” ( Hadits Riwayat Ahmad dalam Musnadnya 2/153 dan Tirmidzi di dalam Jami’nya 5/547 dan dihasankan oleh Tirmidzi dan Syaikh Al-Albani di dalam Shahihul Jami’ : 1903 ).
Maka marilah saudara-saudaraku yang dirahmati Alloh kita segera bertaubat kepada Alloh dengan taubat nashuha sebelum datang kematian yang pasti akan datang menjemput kita.
Ya Alloh berikan taufiq kami kepada taubat nasuha yang bisa menghapus kesalahan-kesalahan kami yang telah lalu, dan ampunilah kami dan kedua orang tua kami dan seluruh kaum muslimin di dunia dan di akhirat, dengan RahmatMu wahai Dzat yang Maharahmah.