Artikel
Ponpes Al Manshur Al-Islamy

APAKAH AKU SUDAH BAHAGIA?

Sebagian manusia menyangka bahwa kebahagiaan letaknya pada harta dan kekayaan. Sebagian mereka juga menyangka bahwa kebahagiaan terletak pada kedudukan dan pangkat. Seluruh manusia pasti ingin meraih kebahagiaan. Sayangnya, banyak yang akhirnya merugi karena meyakini sebuah kebahagiaan bukan pada hakikat aslinya. Sehingga kehidupan dan kesibukan dunianya mempengaruhi agamanya, serta hawa nafsunya memalingkannya dari kehidupan akhiratnya. Dan pada akhirnya, tidak ada yang ia dapatkan dan ia peroleh, kecuali kesedihan dan penyesalan. Sebuah ironi dari kebahagiaan semu yang mereka yakini.

Kebahagiaan yang dicari seluruh manusia ini, sesungguhnya tak dapat diraih, kecuali dengan ketakwaan kepada Allah Ta’ala, dengan menaati-Nya serta menaati Rasul-Nya, dengan menjauhkan diri dari kemaksiatan dan kejelekan. Allah Ta’ala berfirman,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ * يُّصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia menang dengan kemenangan yang agung.” (QS. Al-Ahzab: 70-71)

Syekhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan,

الإيمان بالله ورسوله هو جماع السعادة وأصلها

“Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan sumber dan asal muasal kebahagiaan.” (Fatawa Syekhul Islam, 30: 193)

Kehidupan dunia dan seluruh kenikmatan yang ada di dalamnya tidaklah mendatangkan kebahagiaan, kecuali jika disertai dengan ketakwaan. Dan ketakwaan kita kepada Allah hanya akan terwujud bila kita beriman kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, serta diiringi dengan ketaatan dan ketundukan penuh di dalam menjalankan perintah dan meninggalkan larangan syariat.

 

Apakah aku sudah bahagia?

Sesungguhnya indikator kebahagiaan hakiki seseorang terletak pada tiga hal. Jika ketiga hal tersebut terkumpul pada dirinya, maka in sya Allah dia termasuk orang-orang yang berbahagia. Ketiga hal tersebut adalah:

Pertama: Bersyukur atas segala kenikmatan.

Kedua: Bersabar atas segala macam cobaan.

Ketiga: Senantiasa beristigfar, meminta ampun setiap kali melakukan kemaksiatan.

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,

إذا أُنعم عليه شكر، وإذا ابتُلِيَ صبر، وإذا أذنب استغفر. فإن هذه الأمور الثلاثة هي عنوان سعادة العبد، وعلامة فلاحه في دُنياه وأُخراه، ولا ينفكُّ عبدٌ عنها أبدًا.

“Jika diberi kenikmatan, ia bersyukur. Jika diberi ujian, ia bersabar. Dan jika berbuat dosa, ia beristighfar. Maka, sesungguhnya ketiga hal ini merupakan tanda kebahagiaan seorang hamba, dan tanda kesuksesannya di kehidupan dunia dan akhirat. Kesemuanya itu (nikmat, ujian, dan dosa) tak akan pernah terlepas pada diri seorang hamba.” (Al-Waabil As-Sayyib, hal. 6)

Ibnul Qayyim rahimahullah juga mengatakan,

“Tanda kebahagiaan seorang hamba adalah adalah meletakkan kebaikan-kebaikan yang telah ia lakukan di punggung belakangnya (melupakan dan tidak mengungkit-ungkitnya) serta meletakkan keburukan-keburukan yang telah ia lakukan di depan matanya (senantiasa mengingat dan memohon ampunan atas keburukan tersebut), dan tanda kerugian serta kesedihan adalah menjadikan kebaikan-kebaikan di depan matanya (senantiasa mengungkitnya) serta menjadikan keburukan-keburukan di belakang punggungnya (melupakan dan tidak bertobat darinya)”. (Miftahu Daari As-Sa’adah, 2: 310)

Orang yang berbahagia adalah orang yang senantiasa bertakwa kepada Penciptanya, senantiasa berlemah lembut dan berbuat baik kepada manusia lainnya, dan mensyukuri semua kenikmatan dengan memanfaatkannya di dalam ketaatan. Orang yang berbahagia adalah mereka yang menghadapi ujian dengan penuh kesabaran dan pengharapan pahala dari Allah Ta’ala, lapang dada, serta merasa yakin bahwa Allah akan menyucikan dirinya dan meninggikan derajatnya karena ujian yang ia hadapi tersebut. Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ يَٰعِبَادِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا۟ فِى هَٰذِهِ ٱلدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ ٱللَّهِ وَٰسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Katakanlah, ‘Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. Bertakwalah kepada Tuhanmu. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.’” (QS. Az-Zumar: 10)

Wallahu a’lam bisshowaab.

 

Oleh : Ust. Muhammad Idris

Sumber :https://muslim.or.id/78149-apakah-aku-benar-benar-bahagia.html

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

APAKAH AKU SUDAH BAHAGIA?
envelopephone-handsetlocationlaptop-phonebubbleclockmenuchevron-down linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram