FITNAH LEBIH KEJAM DARIPADA PEMBUNUHAN?

Sering orang mengatakan “fitnah lebih kejam daripada pembunuhan”, tapi dalam konteks yang keliru. Jadi, yang mereka maksud adalah menuduh dengan tuduhan dusta itu lebih kejam daripada pembunuhan. Ini salah kaprah! Tentu pembunuhan jelas lebih parah daripada menuduh orang lain,
secara syar’i maupun secara akal sehat.
Sedangkan ayat al-Qur’an:
وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ
“Fitnah itu lebih berat daripada pembunuhan.” (QS. al-Baqarah: 191)
Fitnah di sini artinya adalah kesyirikan. Ath-Thobari dalam tafsirnya menjelaskan:
يعني تعالى ذكره بقوله: ” والفتنة أشد من القتل “، والشرك بالله أشدُّ من القتل
“Yang dimaksud oleh Alloh dalam firman-Nya [Fitnah itu lebih berat daripada pembunuhan] adalah bahwa kesyirikan lebih berat daripada pembunuhan.”
Ibnu Katsir juga mengatakan:
وقال أبو العالية ، ومجاهد ، وسعيد بن جبير ، وعكرمة ، والحسن ، وقتادة ، والضحاك ، والربيع بن أنس في قوله : ( والفتنة أشد من القتل ) يقول : الشرك أشد من القتل
“Tafsiran dari Abul Aliyah, Mujahid, Sa’id bin Jubair, Ikrimah, al-Hasan, Qatadah, adh-Dhahak, ar-Rabi’ bin Anas, mereka semua mengatakan bahwa maksud [Fitnah itu lebih berat daripada pembunuhan] adalah bahwa kesyirikan lebih berat daripada pembunuhan.” (Tafsir Ibnu Katsir)
Jadi “fitnah” dalam ayat ini maksudnya adalah perbuatan syirik. Dan memang dosa syirik lebih besar daripada dosa membunuh. Alloh ta’ala tidak mengampuni dosa syirik, namun Alloh mengampuni dosa selain syirik termasuk dosa membunuh tanpa hak. Alloh ta’ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya Alloh tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Alloh, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. an-Nisa: 48)
Bahkan dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, disebutkan ada orang yang membunuh 100 jiwa dan Alloh ta’ala ampuni dia. Demikian juga dalam hadis Bithaqah riwayat Bukhori dan Muslim, disebutkan ada orang yang memiliki catatan amalan keburukan sebanyak 99 lembar yang setiap lembarannya sejauh mata memandang, namun ia tidak berbuat kesyirikan, ternyata Alloh mengampuninya.
Bahkan kesyirikan adalah kezaliman yang paling besar. Alloh ta’ala berfirman:
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Alloh, sesungguhnya mempersekutukan (Alloh) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman: 13)
Maka jelas bahwa kesyirikan lebih fatal dan lebih parah daripada pembunuhan.
Perlu dibedakan antara kata “fitnah” dalam istilah bahasa Indonesia dengan “fitnah” dalam istilah bahasa Arab. Sedangkan al-Quran itu berbahasa Arab.
Fitnah dalam bahasa Indonesia artinya tuduhan dusta, sedangkan fitnah dalam bahasa Arab punya banyak makna, di antaranya:
– syirik,
– kesesatan,
– kerancuan pemahaman,
– ujian,
– kagum pada sesuatu (dalam konteks negatif),
– adzab, dan lain-lain.
Kesimpulannya, perlu dibedakan antara fitnah dalam istilah bahasa Indonesia dengan fitnah dalam istilah bahasa Arab agar tidak keliru dalam memahami.
Wallohu a’lam. Semoga Alloh memberi taufik kepada kita semua.
sumber : konsultasisyariah.com