Artikel
Ponpes Al Manshur Al-Islamy

MAKNA JAHILIYAH

Maksud jahiliyah dalam syariat

Jahiliyah penisbatan terhadap الجهل , kebodohan atau tidak adanya ilmu, yaitu tidak ada Rasul dan kitab, sehingga yang dimaksud adalah keadaan sebelum diutusnya Nabi ﷺ karena sebelum diutusnya Nabi ﷺ, dunia berada dalam kesesatan, kekufuran dan penyimpangan. Hal ini dikarenakan risalah-risalah sebelumnya telah musnah. Yahudi menyimpangkan kitab mereka yaitu Taurat dan demikian juga Nasrani menyimpangkan kitab Injil.

[Syarh Masa’ilil Jahiliyah hal 8, syaikh sholih Al-Fauzan, darul basiroh]

Jadi mengartikan jahiliyah dengan kebodohan semata-mata kurang tepat, apalagi mengartikan dengan kebodohan terhadap teknologi dan ilmu pengetahuan dunia karena Nabi ﷺ telah diutus.

Syaikh Sholih Al-Fauzan Hafidzohulloh menjelaskan,

“tidak boleh dikatakan, ‘manusia dalam keadaan jahiliyah, dunia dalam keadaan jahiliyah’, karena hal ini mengingkari keberadaan risalah kenabian dan mengingkari Al-Quran dan As-Sunnah.
Memutlakkan seperti ini tidak boleh. Adapun jika dikatakan, ‘sebagian manusia berada dalam keadaan jahiliyah atau sebagian individu berada dalam jahiliyah atau ada sebagian dari sifat jahiliyah,
maka hal ini ada.” [syarh Masa’ilil Jahiliyah hal 12]

 

Perkara jahiliyah wajib diketahui untuk dihindari

Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab Rohimahulloh menjelaskan dalam muqaddimah kitab Masa’ilil Jahiliyah, “ini adalah perkara-perkara yang Rosulull0h ﷺmenyelisihi padanya ahlul jahiliyah dari ahlul kitab dan ummiyyin (bangsa arab yang tidak memiliki agama/ musyrik, pent). Dimana setiap muslim butuh untuk mengetahuinya.”

Umar Bin Khattab Rodhiyallohu ‘anhu berkata,

قَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ إنَّمَا تُنْقَضُ عُرَى الْإِسْلَامِ عُرْوَةً عُرْوَةً إذَا نَشَأَ فِي الْإِسْلَامِ مَنْ لَمْ يَعْرِفْ الْجَاهِلِيَّةَ

“Sesungguhnya ikatan Islam hanyalah terurai satu per satu apabila di dalam Islam tumbuh orang yang tidak mengetahui perkara jahiliyah.”

Syaikh Muhammad Bin Abdil Wahhab Rohimahullah berkata,

“Yang paling penting untuk mengetahuinya dan paling berbahaya adalah tidak adanya iman dengan apa yang dibawa oleh Rosululloh ﷺ.
[Muqoddimah Masa’il Jahiliyah]

 

Kata-kata “jahiliyah” dalam Alquran dan As-Sunnah

– Surat Al-Ahzab: 33

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى

“dan hendaklah kalian para wanita tinggal di rumah kalian dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu”.

Syaikh Abdurrahman Nashir As-Sa’diy Rohimahulloh menafsirkan ayat ini,

“ janganlah kalian para wanita sering keluar (rumah) berhias dan memakai wewangian seperti keadaan ahlul jahiliyah terdahulu yang mereka tidak mempunyai ilmu
dan agama.” [Taisir Karimir rohmah hal. 632, cetakan pertama, Dar Ibnu Hazm]

– Surat Al-Fath:26

إِذْ جَعَلَ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي قُلُوبِهِمُ الْحَمِيَّةَ حَمِيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ

“Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah.”

Imam At-Thobariy Rohimahullohu menjelaskan asbabun nuzul ayat ini,

“ ketika Suhail bin ‘Amr (musyrikin) menjadikan kesombongan di hatinya dengan enggan menulis dalam perjanjian (hudaibiyyah) antara Rosulullloh ﷺ dan kaum musyrikin
yang tertulis: باسم الله الرحمان الرحيم و محمد رسول الله. [Jaami’ul Bayan Fii Ta’wilil Qur’an, Maktabah syamilah]

Hal ini adalah perkara jahiliyah berupa kesombongan menerima kebenaran dari Alloh dan Rasul nya, syaikh Abdurrahman Nashir As-Sa’diy Rohimahulloh berkata,

“Ketika mereka menolak penulisan باسم الله الرحمان الرحيم dan menolak masuknya Rosululloh ﷺ dan kaum mukminin ke Mekkah pada tahun tersebut, sehingga manusia berkata,
‘mereka masuk dalam keadaan menang terhadap kaum Quraisy’. Dan ini merupakan perkara jahiliyah.” [Taisir Karimir Rohmah hal. 760, cetakan pertama, Dar Ibnu Hazm]

– Surat Ali Imron: 154

وَطَائِفَةٌ قَدْ أَهَمَّتْهُمْ أَنْفُسُهُمْ يَظُنُّونَ بِاللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ ظَنَّ الْجَاهِلِيَّةِ يَقُولُونَ هَلْ لَنَا مِنَ الْأَمْرِ مِنْ شَيْءٍ

“Sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri; mereka menyangka yang tidak benar terhadap Alloh seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata:
Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?”

Syaikh Manna’ Khalil Al-Qaththan Hafidzohulloh menjelaskan,

“Prasangka buruk juga termasuk perkara Jahiliyyah, sebagaimana firman Alloh ketika kaum Musyrikin menang pada Perang Uhud. Sebagian kaum Muslimin menyangka
bahwa mereka tidak ditolong oleh Alloh dan timbullah anggapan bahwa Islam telah berakhir bersamaan dengan kalahnya kaum Muslimin dari kaum Kuffar.”
[Al-Hadits wa ats-Tsaqafah al-Islamiyah bab Al-Jahiliyyah al-Haditsah].

– Surat Al-Maidah: 50

أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ

“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Alloh bagi orang-orang yang yakin?”.

Imam At-Thobariy Rohimahulloh menafsirkan,

“ hukum jahiliyah yaitu hukum-hukum para penyembah berhala dari kaum musyrikin, sedangkan pada mereka ada kitabulloh yang terdapat penjelasan hukum yang sesungguhnya.”
[Jaami’ul Bayan Fi Ta’wilil Qur’an, maktabah syamilah]

 

Sumber : Muslimafiyah.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

MAKNA JAHILIYAH
envelopephone-handsetlocationlaptop-phonebubbleclockmenuchevron-down linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram